Inilah akhir tahun kelabu bagi kemanusiaan. Puluhan pesawat tempur dan helikopter Israel dengan brutal membombardir Jalur Gaza. Hanya dalam waktu empat hari, lebih dari 350 orang tewas. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut kurang lebih sepertiga dari jumlah korban adalah warga sipil. Israel mengklaim serbuan ini ditujukan untuk menghancurkan kekuatan militer Hamas yang disembunyikan di dekat pemukiman warga. Tapi, rudal tak punya mata, apalagi hati.
Reaksi pemimpin dunia beragam. Ada yang mengecam, mengutuk, namun ada pula yang menyatakan bisa memahami serbuan Israel. "Serangan Israel menewaskan warga sipil," kata Ratu Rania, Ratu Yordania. "Iran siap membantu Palestina. Serangan Israel adalah pemusnahan etnis" ucap Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad. Sementara Presiden Amerika Serikat George Bush menilai, "Serangan israel adalah aksi bela diri dari serangan roket Hamas".
Panas di Jalu Gaza kini menjalar ke Jakarta. Akhir pekan lalu, ribuan orang dan simpatisan Partai Keadilan Sejahtera turun ke jalan. Demonstrasi mengutuk serbuan Israel juga muncul di sejumlah daerah. Tak hanya demo, sejumlah organisasi Islam bahkan juga membuka pendaftaran jihad ke Palestina. Sementar Mer-C memilih mengirimkan tim medis untuk membantu para korban di pihak Palestina. Pemerintah Indonesia juga mengirimkan bantuan uang dan obat-obatan untuk rakyat Palestina.
Lantas, bagaimana kita melihat konflik Israel-Palestina secara proporsional? Saksikan dialog bersama Presiden PKS Tifatul Sembiring, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Hizbut Thahrir Indonesia Farid Wadji, Dosen Universitas Paramadina Abdul Moqtish Ghazali, dan pengamat Timur Tengah Mohamad Guntul Romli dalam tayangan video Barometer edisi 7 Januari 2009. Selamat menyaksikan.
Jumat, 27 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar